BOGOR, BANTENLIVE.COM– Insiden pesawat latih jatuh di Ciampea, Kabupaten Bogor, memunculkan pertanyaan besar dari publik: Mengapa wilayah ini menjadi salah satu jalur latihan pesawat latih? Apakah aman? Apakah sudah sesuai prosedur?

Ternyata, pemilihan wilayah Ciampea sebagai salah satu area latihan pesawat ringan atau microlight bukan tanpa alasan. Apalagi spesifikasi pesawat latih S216 sangat mumpuni untuk berlatih.

Sejumlah faktor geografis, teknis, dan strategis menjadikan kawasan ini sebagai salah satu lintasan favorit untuk latihan udara, terutama bagi pesawat-pesawat yang lepas landas dari Lapangan Terbang Pondok Cabe, Tangerang Selatan.

1. Jarak Ideal dari Lapangan Terbang Pondok Cabe

Ciampea terletak sekitar 60 kilometer dari Pondok Cabe secara garis lurus udara. Ini adalah jarak ideal untuk penerbangan pelatihan jarak pendek, terutama untuk pesawat latih seperti S216 yang memiliki kapasitas bahan bakar dan jarak tempuh terbatas (±600 km).

Dengan waktu tempuh sekitar 25–35 menit, rute ini cocok untuk sesi latihan dasar hingga manuver jarak menengah. Pilot bisa belajar navigasi, manuver arah, serta latihan komunikasi udara dengan base control di lapangan asal.

2. Lanskap Alam yang Minim Rintangan Udara Tinggi

Ciampea dikenal memiliki kondisi geografis berupa perbukitan rendah dan lahan terbuka, terutama di bagian desa-desa seperti Desa Benteng, tempat jatuhnya pesawat latih S216 pada 3 Agustus lalu.

Lanskap ini memudahkan pelatih dan pilot untuk melakukan latihan manuver, simulasi pendaratan darurat, dan evaluasi kendali pesawat tanpa terganggu bangunan tinggi atau jalur komersial padat.

Selain itu, tingkat kepadatan lalu lintas udara di atas Ciampea jauh lebih rendah dibanding wilayah urban lainnya, sehingga latihan bisa dilakukan dengan risiko intersepsi minimal.

3. Cuaca yang Cenderung Stabil

Meskipun cuaca buruk disebut terjadi saat kecelakaan, secara umum wilayah Ciampea memiliki pola cuaca relatif stabil, terutama pada pagi hingga siang hari.

Ini menjadi salah satu pertimbangan utama dalam dunia aviasi, di mana pelatihan dasar sangat mengandalkan kondisi visual yang jelas (Visual Flight Rules/VFR).

Data dari BMKG Bogor menunjukkan bahwa wilayah ini memiliki visibilitas yang cukup baik sepanjang tahun, menjadikannya salah satu titik latihan favorit untuk organisasi seperti FASI (Federasi Aero Sport Indonesia).

4. Faktor Keamanan: Wilayah Tidak Padat Penduduk

Wilayah latihan udara harus memenuhi syarat keamanan darat, salah satunya dengan menghindari kawasan pemukiman padat. Ciampea, meski berkembang, masih memiliki lahan kosong, area pertanian, dan ruang terbuka hijau yang menjadi buffer alami untuk risiko kecelakaan.

Inilah mengapa pelatihan di rute ini sering dilakukan di atas lahan terbuka seperti area persawahan dan pemakaman umum yang jauh dari pusat keramaian.

5. Dukungan Komunitas dan Akses Evakuasi

Wilayah Ciampea memiliki komunitas warga yang responsif terhadap kondisi darurat. Dalam insiden pesawat latih jatuh baru-baru ini, warga, RT/RW, serta relawan SAR lokal langsung terjun membantu proses evakuasi sebelum tim profesional datang.

Akses ke fasilitas kesehatan seperti RS Atang Sanjaya juga cukup dekat, membuat lokasi ini tetap masuk dalam perhitungan ideal untuk latihan berisiko rendah.

Ciampea tetap menjadi kawasan yang layak secara teknis sebagai jalur latihan pesawat latih, namun insiden baru-baru ini menjadi alarm penting untuk evaluasi sistem keamanan dan mitigasi risiko. Baik dari sisi jalur, kelaikan pesawat, hingga kesiapan pilot.

Pemerintah daerah bersama TNI AU dan FASI perlu meningkatkan pemantauan dan sistem peringatan dini, agar pelatihan udara bisa berjalan lancar tanpa korban jiwa di masa depan.

Tim Redaksi
Editor
Tim Redaksi
Reporter